Pages

Thursday, 14 January 2010

Hubungan Stroke dengan Depresi

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Dr Suryo Dharmono mengatakan, depresi, penyakit jantung akibat penyempitan pembuluh darah, dan stroke saling terkait dan berhubungan timbal balik.

Dalam seminar tentang relasi antara depresi, penyakit jantung, dan stroke, di Jakarta, Dr Suryo Dharmono menjelaskan bahwa kombinasi depresi dan penyakit jantung berupa penyempitan pembuluh darah atau pada stroke dapat meningkatkan angka kematian.

"Berbagai studi tentang depresi pada pasien penyakit jantung menunjukkan angka prevalensi yang cukup tinggi, yakni 18-60%. Studi-studi epidemiologis juga menunjukkan peningkatan angka mortalitas pasien penyakit jantung akibat menderita pula depresi," katanya.

Sementara itu depresi yang dialami oleh pasien stroke juga berpeluang cukup tinggi untuk meningkatkan angka mortalitas.

"Depresi pada pasien stroke menunjukkan prevalensi sekitar 27-45%. Pada penderita stroke, depresi akan memperlambat proses penyembuhan, memperberat gejala fisik, mengganggu rehabilitasi, dan meningkatkan angka kematian," kata Suryo.

Depresi adalah penyakit serius yang diderita oleh jutaan orang dengan berbagai macam gejala. Depresi dapat menyebabkan seseorang merasa bersalah tanpa alasan yang jelas.

Depresi dapat menjadikan seseorang merasa tidak berguna, meskipun telah melakukan apa saja yang menurutnya adalah yang terbaik, tambah Suryo.

"Depresi dapat menyebabkan seseorang tidak berminat terhadap hal-hal yang sebelumnya amat dia sukai. Selain itu depresi membuat energi terkuras, sehingga lekas merasa letih dan lelah," ujarnya.

Sementara itu penyakit jantung akibat penyempitan pembuluh darah koroner menghambat aliran darah kaya oksigen ke otot jantung.

Penyakit jantung ini disebut pula dengan penyakit jantung iskemik, dan gejala yang paling sering tampil adalah nyeri di bagian dada (disebut dengan istilah angina).

Faktor-faktor resiko yang kerap memunculkan penyakit jantung iskemik antara lain umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, diabetes, riwayat keluarga penyakit jantung prematur, dan hipertensi.

"Di sisi lain stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan kematian jaringan otak yang terjadi akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak," kata Suryo yang menjadi staf pengajar bagian psikiatri di FK-UI sejak 1999.

Stroke bisa dipicu oleh berbagai penyakit antara lain hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan berbagai keadaan seperti usia yang lanjut, obesitas, merokok, suku bangsa (negro/Spanyol), jenis kelamin (laki-laki), dan kebiasaan kurang berolahraga.

"Penanganan yang komprehensif terhadap penderita penyakit jantung iskemik dan stroke sangat perlu untuk memberikan perhatian pada pengelolaan depresi. Pengelolaan yang benar terhadap depresi merupakan faktor yang penting untuk tercapainya pemulihan yang optimal," kata dia.

Ia melanjutkan, "Seyogyanya pengelolaan depresi dan pemulihan pasien dan penyakit jantung dan stroke melibatkan tim terpadu interdisipliner, yang terdiri atas dokter ahli penyakit jantung, penyakit syaraf, psikiater, rehabilitasi medik, psikolog, dan pekerja sosial."

No comments:

Post a Comment