Pages

Tuesday, 9 February 2010

Dampak Negatif Masturbasi

Masturbasi adalah stimulasi sendiri genital untuk mencari kenikmatan. Sebuah fenomena umum dan sering didiskusikan di mana-mana. Pelakunya pun tidak terbatas pada jenis kelamin, usia maupun latar belakang sosial-ekonomi.

Memuaskan diri sendiri atau istilah kerennya masturbasi adalah konsumsi pribadi dan menjadi rahasia yang disimpan pelakunya. Benarkah masturbasi sepenuhnya aman dan normal? Oleh karena itu, ada baiknya Anda tahu sisi negatif akibat dari frekuensi masturbasi yang terlalu sering.


Dampak Biologis

Secara biologis, masturbasi kronik berdampak pada otak dan zat kimia tubuh. Mengapa demikian? karena masturbasi dapat memacu produksi hormon seks dan neurotransmitter. Tentu saja dampak produksi hormon seks yang berlebihan berbeda-beda pada setiap orang. Secara umum gejalanya meliputi kelelahan, nyeri pinggul, perubahan penglihatan, nyeri tulang belakang, nyeri testis, dan kerontokan rambut.

Penelitian menyatakan bahwa peningkatan produksi testosteron berkaitan dengan produksi Dihydrotestosterone (DHT) yang identik dengan pola kerontokan rambut pria. Namun begitu, hasil kajian tersebut masih menjadi perdebatan.

Setidaknya, jika gejala tersebut Anda rasakan, cobalah hentikan kebiasaan masturbasi selama beberapa bulan. Lihat apakah cara ini bisa meringankan gejala yang muncul akibat masturbasi berlebihan. Kalau gejala itu masih terasa, maka konsultasikan ke dokter dan cari bantuan medis.

Masturbasi kompulsif juga bisa berdampak negatif pada pelakunya. Masturbasi kompulsif terjadi saat pelaku sudah menyinggung kebiasaannya pada masalah kejiwaan. Pelaku masturbasi kompulsif memiliki kesulitan untuk keluar dari kebiasaan masturbasi.

Tak ada angka pasti bagaimanakah seseorang dapat dikategorikan melakukan masturbasi berlebihan. Gambarannya, seorang pria yang masturbasi enam kali sehari dan merasa diri lebih baik dan produktif, sedangkan pria lainnya justru merasakan dampak berbeda.

Masturbasi kompulsif bahkan bisa berdampak buruk pada pekerjaan, hubungan, harga diri, keuangan, dan dukungan sosialnya. Pelakunya juga bisa terseret masalah hukum jika ia tidak mampu menemukan keseimbangan antara bertanggung jawab terhadap hidupnya dan memuaskan kesenangan atau hasratnya.

Dampak Psikosomatis

Dampak psikologis sebagian pelaku masturbasi biasanya berupa rasa malu dan berdosa. Budaya, agama, ataupun moralitas adalah batasan seseorang saat menyinggung urusan seks. Masih terdapat perdebatan antara kepuasan yang dihasilkan versus apa dampak yang dirasakan pada rasa percaya diri, harga diri, dan cinta diri.

Dampak psikosomatis juga bisa terjadi jika gejala-gejala fisik muncul karena faktor-faktor psikis (malu, berdosa, cemas, dan sebagainya) yang bermanifestasi menjadi rasa sakit kepala, nyeri tulang belakang, nyeri kronik, dan sebagainya.


(source: okezone.com)

No comments:

Post a Comment