Pages

Saturday, 21 November 2009

Anak dengan Kesulitan Belajar Bukan Anak Bodoh

Membaca artikel dari blog Lina@happyfamily yang berjudul Be Careful on Labeling Your Child menginspirasiku untuk melakukan hal yang sama. Hanya saja targetnya agak berbeda, apabila Lina menulis tentang peringatan dan saran kepada para orang tua agar jangan sekali-kali mencap anak kita maupun anak orang lain dengan sebutan anak nakal (secara umum) apabila anak melakukan atau menunjukkan perilaku yang inappropriate. Maka aku akan menulis tentang Anak dengan Kesulitan Belajar yang sering kali di cap sebagai anak bodoh.

Si Bejo sudah duduk di kelas 4 SD, but why?, dibanding dengan teman-teman sekelasnya dia belum lancar membaca? Bahkan untuk membedakan antar huruf B dan D saja tidak bisa. Keluhan yang dialami Bejo ini mungkin saja bisa terjadi pada anak anda. Hati-hati, jangan pernah memberikan label “anak bodoh” jika memang buah hati anda tertinggal dalam pelajaran sekolah. Bila demikian, bukan tidak mungkin anak Anda mengalami kesulitan belajar atau Learning Disability (LD).

Kesulitan belajar merupakan hambatan atau gangguan belajar pada anak atau remaja yang ditandai adanya kesenjangan yang siginifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Penyebabnya adalah gangguan di dalam sisitem syaraf pusat otak (gangguan neurobiologis) sehingga menimbulkan gangguan perkembangan seperti perkembangan membaca (disleksia), menulis (disgrhafia), pemahaman, dan berhitung (diskalkulia).

Jadi, apakah anak yang mengalami kesulitan belajar atau LD berarti kecerdasannya kurang? Tidak. “paling tidak kecerdasan mereka normal. Anak yang kecerdasannya kurang biasanya diberbagai aspek dia memang kurang. Sedangkan pada kasus LD, dia hanya kurang atau lemah di salah satu aspek sedangkan aspek lainnya bagus. Namun jika tidak ditangani dengan benar, kesulitan belajar atau LD akan menimbulkan berbagai bentuk gangguan emosional (psikiatrik) yang akan berdampak buruk bagi perkembangan kualitas hidupnya di masa mendatang.

Anak yang mengalami LD bukan berarti nantinya tidak bisa menoreh prestasi. Ambil saja contoh Tom Cruise, aktor papan atas Hollywood ini mungkin lemah membaca tetapi pemahaman aktingnya bagus dan terbukti bisa menjadi aktor yang hebat. Albert Einstein, john F Kennedy, Mozart, John Lenon, Cher, Slama Hayek, Keira knightley dan Tom Cruise adalah beberapa public figure lainnya yang mengalami disleksia.


Beberapa saran yang bisa dilakukan oleh orang tua yang anaknya mengalami salah satu gangguan Learning Disability.

Bawa ke Psikolog. Psikolog-lah yang mnentukan si anak menderita LD atau idak. Karena bisa jadi metode belajarlah yang jadi penyebab. Semisal, anak selalu dimarahi saat belajar sehingga dia jadi malas belajar memabaca dan menulis.

Belajar menyenangkan.
Melalui cara belajar yang menyenangkan, sedikit demi sedikit anak akan bisa. Turunkan juga target belajarnya agar anak tak terlalu stress.

Beri dorongan.
Jangan sampe si anak merasa rendah diri. Artinya, jangan sampe ketidakmampuannya dalam membaca atau menulis diumbar ke orang lain. Beri dorongan supaya dia bisa dan mau belajar.

Terapi bersama.
Pemberian terapi okupasi dapat dilakukan bila orang tua maupun guru pengajar mulai merasa kesulitan untuk memberikan penanganan bagi anak yang mengalami LD. Diperlukan kerjasama antara okupasi terapis, orang tua dan guru.

Tak perlu kelas khusus. Anak LD tidak harus masuk kelas khusus apalagi SLB, kerena kemampan mereka relative sama dengan anak-anak yang lain. Kalau memungkinkan mereka tetap berada di kelas dengan teman-teman mereka, tetapi pendekatannya lebih special. Semisal, jika kesulitan membaca sebaiknya dibacaka secara lisan, atau ada teman yang membantu. Jika ditempatkan di sekolah khusus, kemampuan-kemampuan lainnya justru akan menjadi tidak berkembang.

Kemampuan lain. Dorong dan kembangkan kemampuan anak yang menonjol di bidang lain. Jangan sampai gara-gara tidak bisa baca masa depan anak jadi hancur total.


No comments:

Post a Comment